Mengenal kutu scabies dan Penyebabnya

Penyakit Scabies  atau lebih dikernal dengan nama Kudis merupakan penyakit dermatologis yang cukup umum di negara kita. Penyakit ini biasanya muncul di daerah padat penduduk, perumahan yang sempit, kondisi sanitasi yang buruk, dan kekurangan air bersih. Meskipun tidak menimbulkan konsekuensi kesehatan yang serius, jika tanda-tanda kudis tidak dikenali lebih awal dan tidak segera diobati, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius: infeksi, eksim, dan glomerulonefritis.

Table of Contents

1. Seberapa umum kudis dapat terjadi?

Kudis pertama kali diidentifikasi pada tahun 1600-an tetapi penyakit ini tidak dianggap sebagai penyebab penyakit kulit sampai diklaim di tahun 1700. Diperkirakan 300 juta orang di seluruh dunia terinfeksi kudis.

Kudis mempengaruhi setiap lapisan dalam masyarakat, dengan anak-anak dan perempuan lebih rentan terhadap infeksi. Penyakit ini cenderung lebih banyak beredar di daerah perkotaan, terutama di daerah padat penduduk, dengan kondisi sanitasi yang buruk, lebih banyak penyakit musim dingin daripada di musim panas.

Insiden kudis telah meningkat dalam dua dekade terakhir. Di negara maju, kudis masih merupakan salah satu penyakit dermatologis yang umum, sangat memengaruhi kualitas hidup, biaya perawatan yang tinggi. Penyebaran parasit terutama karena kontak dekat dengan pembawa atau melalui perantara adalah telur kudis.

2. Penyebab kudis

Penyakit Scabies disebabkan oleh parasit kudis (Sarcoptes scabiei hominis). Terutama disebabkan oleh scabies betina, scabies jantan tidak menyebabkan penyakit karena akan mati setelah berhubungan dengan betinanya.

Kutu kasur atau sering dikenal dengan nama kutu busuk memiliki empat pasang kaki, berukuran sekitar 0,3 mm, karena ukuran sangat kecil sehingga hewan ini sulit dilihat. Hewan ini tidak bisa terbang atau melompat, siklus hidup sekitar 30 hari di dalam dan di epidermis. Parasit kutu betina di epidermis, menggali di malam hari, bertelur pada siang hari, bertelur 1 hingga 5 telur sehari, telur setelah 72 hingga 96 jam menetas menjadi larva, setelah 5-6 molting (dalam 20 – 25 hari) menjadi kutu dewasa, kemudian merangkak keluar dari sarang, kawin dan terus menggali lubang untuk hidup dan membuat telur baru.

Scroll to top